Thursday, November 3, 2011

OKTO 2011

3 bloody fu years... so guys, yuks kita aktifin blog ini buat media sharing n nyampah between us. utk log ini, username n passwrd..bisa japri derrie yaaa....
*maap, saiah bingung mu naro poto yg mana..jd usulan saiah..foto ini disahkan jadi maskot :) peace venk!

Friday, January 29, 2010

Transformasi pada ruang publik kota melalui konsepsi Design Catalyst

Kehidupan manusia bergerak cepat seiring berkembangnya teknologi informasi pada era modern dalam dua dekade terakhir. Populasi manusia akan lebih banyak tinggal di daerah perkotaan dan kota penyangga dibandingkan dengan populasi manusia di daerak pedesaan dalam waktu yang tidak lama lagi. Akibatnya pedesaan berkurang, digantikan dengan kota-kota baru. Perkembangan ini kemudian mempengaruhi bagaimana manusia saling berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk menunjukkan eksistensi diri dan aktualisasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam interaksi tersebut, manusia cenderung untuk membentuk kehidupan secara komunal diantara mereka. Interaksi yang terjalin dalam kehidupan komunal tersebut melahirkan kebutuhan akan ruang, baik secara fisik-spasial maupun sosial. Ruang yang tercipta sebagai wadah interaksi di dalam kehidupan komunal membentuk adanya ruang bagi publik. Ruang publik itu sendiri bisa dilihat sebagai panggung dimana drama kehidupan komunal tersingkap.

Dalam tatanan kehidupan masyarakat di perkotaan, kebutuhan akan ruang publik sebagai bagian dari esensi kebutuhan dasar masyarakatnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi semakin besar. Keanekaragaman yang ada pada masyarakat perkotaan menuntut terciptanya ruang publik yang mampu mengakomodasi ragam kebutuhan dan keinginan masyarakatnya. Sehingga penting untuk melihat bagaimana kota mampu merespon kebutuhan tersebut.

Sebagai simpul kehidupan bermasyarakat, area urban (kota) merupakan aglomerasi dari ragam manusia dan obyek pendukung lainnya. Keanekaragaman yang ada kemudian memunculkan berbagai kebutuhan dan keinginan yang berbeda dalam konteks berinteraksi. Ruang publik sebagai tempat untuk saling berinteraksi sebagai bagian dari kehidupan sosial, sejatinya diperuntukkan bagi setiap lapisan masyarakat tanpa memandang status, dan identifikasi personalnya. Sebagai tempat berinteraksi dan bersosialisasi, ruang publik menjadi magnet bagi masyarakat dan kemudian berkembang menjadi ruang sosial, dimana masyarakat dengan kelompok-kelompok sosial tertentu berinteraksi dalam ruang publik tersebut membentuk suatu environmental framework berdasarkan perilaku serta pola kegiatannya, “public space is communally shared among those from similarly included territories” (N.J Habraken–The structure of the ordinary, p158).

Ruang Publik sebagai Ruang Sosial

Ruang publik terbentuk sejalan dengan perkembangan latar belakang kehidupan masyarakat untuk berinteraksi. Dalam buku Public Space (Stephen Carr, Mark Francis, Leanne G.Rivlin, Andrew M.Stone), Ruang Publik terbentuk sebagai konsekuensi atas pelanggaran batas pada kehidupan masyarakat untuk menempati ruang, terutama pada kehidupan perkotaan. Sebagian ruang publik lain merupakan hasil dari masyarakat yang heterogen dengan kebutuhan, minat dan nilai estetika yang beragam dan berbeda-beda. Sebagian lainnya merupakan produk dari perencanaan yang cermat, apapun prioritas yang mengarahkan bentukan dan fungsinya.

Konsep mengenai ruang publik banyak didefinisikan melalui pendekatan bentuk dan ruang secara fisik. Ruang publik didefinisikan sebagai tempat yang aksesibel dan terbuka secara umum dimana masyarakat baik secara individu maupun kelompok dapat melakukan aktivitas di tempat tersebut. Dalam wujud apapun, ruang publik memiliki unsur-unsur yang sama (Public Space,p50).

Rob Krier dalam bukunya Urban Space mendefinisikan konsep ruang urban (kota) sebagai semua bentuk ruang yang tercipta antara bangunan dalam kota dan lokasi lainnya. Dua elemen dasar adalah jalanan (streets) dan lapangan (square). Dalam konteks ruang dalam, kita berbicara mengenai koridor dan ruangan. Karakter geometri dari bentuk spasial keduanya adalah sama. Hanya dibedakan berdasarkan ukuran dari dinding yang melingkupinya dan pola dari fungsi serta sirkulasinya.




Ruang publik kota : Old Town Square, Praha, Rep.Ceko

Namun sejatinya, Ruang publik sebagai bagian dari ruang kota tidak hanya dilihat dari bentukan fisik serta elemen-elemen yang melingkupinya, namun juga kepada esensi kehidupan serta karakter kegiatan yang diwadahinya. Dalam buku Design of Urban Space, Ali Madanipour mengkategorikan ruang publik secara fisikal dan ruang sosial (Physical and Social Space) berdasarkan tulisan Colquhoun (1989: 23). Terminologi ruang kota terbagi menjadi dua : ruang sosial (social space) dan ruang terbangun (built space). Ruang sosial adalah implikasi spasial dari institusi sosial. Suatu sudut pandang yang melihat karakter fisik dari lingkungan terbangun sebagai “epiphenomenal”. Sedangkan ruang terbangun lebih memfokuskan pada ruang fisik. Pandangan tersebut, menurut Colquhoun, merupakan subyek pada dua pendekatan konsepsi : melihat bentuk sebagai fungsi yang independen, dan bentuk sebagai determinasi fungsi.

Konsep “form follow function”- bentuk yang mengikuti fungsi - dalam bahasa arsitektur modern pada dasarnya memiliki korelasi pada konsep ruang fisikal dan ruang sosial. Hubungan antara bentuk dan fungsi seperti antara ruang fisik dengan ruang sosial. Sehingga dalam proses lebih lanjut, ruang publik tidak hanya dilihat dari bentuk sebagai wujud fisik yang mewadahi beragam kegiatan masyarakat namun juga perlu dipahami sebagai ruang sosial bagi kebutuhan interaksi masyarakatnya.

Kota Yang Baik, Ruang Publik Baik

Kota sebagai wadah tinggal bagi keragaman manusia dalam suatu kerangka tatanan sosial terbentuk dari bagaimana masyarakatnya mengelola wadah tersebut dengan baik. Cerminan masyarakat yang baik dalam konteks kehidupan bersosialisasi bisa diliahat dari bagaimana kota tempat tinggal masyarakat tersebut dikelola. Dalam salah satu artikel disebutkan beberapa ciri-ciri yang bisa dijadikan tolak ukurnya (pps journal, Ethan Kent and Kathy Madden), yaitu dalam kota yang baik
1. Tujuan atau kebutuhan masyarakat merupakan prioritas utama dalam perencanaan kotanya.
2. Perhatian kepada pejalan kaki bukan kendaraan.
3. Proyek pembangunan baru meningkatkan komunitas yang ada.
4. Ruang publik dapat diakses dan digunakan dengan baik.
5. Lembaga kemasyarakatan merupakan katalisator bagi kehidupan publik
6. Mendorong pembangunan ekonomi lokal
7. Ruang publik dikelola, terpogram, dan ditingkatkan secara terus menerus.

Dalam kriteria tersebut bisa jelas terlihat bagaimana ruang publik menjadi hal yang penting bagaimana suatu kota dinilai baik, yang juga mencerminkan kondisi masyarakat yang menghuninya.

Kegagalan Ruang Publik

Semangat untuk menciptakan ruang publik yang diperuntukkan bagi komunitas masyarakat dari semua lapisan kadangkala tidak dibarengi dengan kesadaran akan kebutuhan dan keinginan dari komunitas masyarakat itu sendiri, sehingga yang terjadi, banyak dari ruang-ruang publik yang tercipta tidak digunakan sebagaimana mestinya, dan kemudian bertransformasi menjadi ruang-ruang mati yang rentan menjadi pemicu permasalahan sosial di tatanan kehidupan masyarakat, seperti prostitusi hingga kriminalitas.

Faktor-faktor yang menyebabkan transformasi antara lain (Sari, 2007)
• Perubahan sosial
Faktor lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, struktur masyarakat, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yg dianggap perlu dan dasar budaya masyarakat.

• Perubahan budaya
Budaya sebagai sistem nilai terlihat dalam gaya hidup masyarakat yang mencerminkan status, peranan kekuasaan, kekayaan, keterampilan.

• Perubahan ekonomi
Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan perubahan lingkungan fisik adalah kekuatan ekonomi (Rossi, 1982)

• Perubahan politik
Peran aspek politis melalui bentuk intervensi non fisik melalui kebijakan pengembangan kawasan (Rossi, 1982)

Perubahan-perubahan tersebut berpengaruh pada bagaimana kemudian ruang publik dalam kota terbentuk. Kadangkala perubahan tersebut membawa dampak baik, namun tidak sedikit yang justru membawa kegagalan pada ruang publik itu sendiri. Banyak ruang publik yang kemudian bertransformasi menjadi area terbangun karena kebijakan dari pemerintah yang tidak mengutamakan kebutuhan masyarakatnya akan ruang terbuka. Tidak hanya dari segi fisik terbangun, kegagalan ruang publik juga dilihat dari bagaimana konteks keragaman kegiatan yang terjadi pada ruang publik tersebut.

Dorongan ekonomi masyarakat hingga persinggungan kepentingan dari kelompok masyarakat yang terlibat juga menjadi faktor pendorong terjadinya transformasi fungsi dan kegiatan yang diwadahi di ruang publik tersebut. Tanpa adanya regulasi dan perhatian dari masyarakat serta pemerintah dan pengelola, maka ruang publik sangat rentan untuk menyimpang dari fungsi luhurnya sebagai sarana kontemplatif dan sosialisasi serta kegiatan positif warga masyarakatnya.


Gambaran ruang publik yang gagal : City Hall Plaza, Boston, USA

Design Catalyst

Perancangan ruang publik sebagai ruang sosial dalam kehidupan bermasyarakat merupakan proses penerapan berbagai perangkat disain ke dalam suatu rancangan people place untuk membentuk kegiatan yang positif bagi kehidupan bermasyarakat dan citra ruang secara keseluruhan. Kekuatan dari suatu disain dihasilkan untuk membentuk konteks kegiatan dan perilaku dari berbagai kelompok sosial masyarakat yang berinteraksi dalam suatu ruang publik. Dalam hal ini bisa diterjemahkan sebagai proses mengatur reaksi katalis.

Diadaptasi dari istilah kimia, Katalis merupakan elemen yang mempercepat proses suatu reaksi, tapi ia sendiri tidak bereaksi. Dalam proses reaksi kimia, katalis tetap pada akhir reaksi dan tidak hilang. Katalis bukanlah merupakan satu tujuan akhir, tetapi merupakan elemen yang mendorong dan mengarahkan pada perkembangan berikutnya.

Dalam proses disain, katalis :
• Mengenalkan suatu elemen baru (bentuk/fungsi) yang menyebabkan reaksi yang memodifikasi elemen eksisting dalam suatu tempat.
• Nilai dari elemen eksisting dipertahankan atau bertransformasi menjadi lebih baik, dimana kebutuhan baru tidak mengurangi dan menghilangkan nilai lama, bahkan dapat mengembalikannya.
• Reaksi katalis dibatasi, agar tidak merusak konteksnya. Tidak hanya melepaskan kekuatan dari reaksi perubahan yang terjadi namun menyalurkan pengaruh reaksinya.
• Untuk memastikan reaksi yang bersifat positif , sesuai keinginan dan terprediksi, unsur-unsur reaksi harus dipertimbangkan, dipahami dan diterima.
• Reaksi kiamia dari katalis tidak dapat ditentukan sebelumnya, tidak ada satu formula yang dapat dispesifikasi untuk segala kondisi.
• Disain katalis bersifat strategis, dimana perubahan yang terjadi tidak berasal dari intervensi sederhana, tetapi melalui pertimbangan untuk mempengaruhi perkembangan kedepan secara bertahap.
• Tujuan reaksi katalis adalah bahwa produknya lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya.
• Katalis tidak dikonsumsi dalam prosesnya dan tetap dapat dikenali, identitasnya tidak akan hilang pada saat ia menjadi bagian yang lebih besar.

Reaksi katalis memberi kegunaan yang lebih besar dari sekedar pemecahan masalah fungsional atau menghasilkan investasi. Konsep design catalyst ini menekankan pada program perencanaan berbasis desain arsitektural pada ruang publik.

Dalam konteks desain ruang publik, katalis dapat berupa elemen bentuk ataupun gubahan fungsi yang mampu merangsang kehidupan baru dan mempengaruhi perilaku, kegiatan hingga karakter dan kualitas dari ruang publik.

Desain Ruang Publik

Perancangan ruang publik sebagai ruang sosial perlu memahami elemen-elemen yang terkait pada prosesnya. Faktor keanekaragaman masyarakat kota sebagai pengguna utama ruang sosial memberikan dampak besar terhadap perbedaan kebutuhan dan kepentingan yang perlu diwadahi dalam perancangan ruang sosialnya. Faktor kriminalitas dan keamanan juga menjadi pokok perhatian pada perancnagan ruang publik sebagai ruang sosial. Anonimitas pada kota, parallel dengan pertumbuhan kriminalitas pada kehidupan masyarakatnya(Design of Urban Space, Ali Madanipour ,p80).

Beberapa kriteria yang diperlukan dalam merancang ruang publik, antara lain : (People Places : Designing for Urban Open Space, Clare Cooper Marcus and Carolyn Francis)
• Berlokasi pada area yang mudah diakses dan dilihat oleh masyarakat
• Memberi gambaran pesan yang jelas bahwa ruang publik tersebut bisa digunakan dan didesain untuk digunakan.
• Memberikan perasaan aman bagi kelompok masyarakat pengguna.
• Mendorong penggunaan oleh bermacam kelompok sosial masyarakat tanpa saling mengganggu aktivitas masing-masing.
• Dirancang dengan atensi yang sama terhadap esensi ruang sebagai bentuk ekspresi visual art dan ruang sebagai social setting.

Menciptakan perubahan pada ruang publik yang sudah ada untuk menjadi lebih baik dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Tidak hanya dari disiplin ilmu arsitektur dan urban planner, namun juga dari pengelola, pemerintah dan masyarkatnya. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan perlu dilibatkan dalam proses perubahan dan pelaksanaan. Memahami karakter dari Institution, Agency dan Actors yang terlibat dalam proses perubahan akan mempermudah dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, Institution, Agency dan Actors merupakan serangkaian pihak-pihak yang berkepentingan dan terlibat dalam ruang publik tersebut.

Berdasarkan dari nilai-nilai desain arsitektural sebagai katalis transformasi di ruang publik, maka terdapat 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam membentuk kerangka disain bagi ruang publik, yaitu :
1. Image dan Identitas
Ruang publik merupakan tempat masyarakat untuk berkumpul dan berkegiatan, sehingga penting untuk memberikan identitas dan citra yang jelas pada ruang publik tersebut, karena secara tidak langsung juga memberikan citra dan identitas pada kawasan dan kota secara keseluruhan.
2. Atraksi dan Destinasi
Kegiatan yang terpogram dan beragam atraksi akan menghidupkan ruang publik tersebut, sehingga menjadi destinasi bagi masyarakat untuk berkegiatan dan berkontemplasi.
3. Amenities
Perangkat dan furniture pada ruang publik diperuntukkan bagi semua kalangan, sehingga konsepsi Universal Design perlu diperhatikan pada penerapannya.
4. Desain yang Fleksibel
Ragam masyarakat yang menggunakan dan memanfaatkan ruang publik perlu diwadahi dengan penerapan desain ruang publik yang fleksibel, sehingga bisa mengakomodasi beragam kepentingan sesuai kebutuhan masyarakat.
5. Seasonal Strategy
Desain ruang publik yang baik mampu melihat perubahan yang terjadi dan beradaptasi terhadapnya. Banyak desain ruang publik yang gagal karena tidak memiliki visi akan perubahan yang mungkin terjadi.
6. Akses
Aksesibilitas dan pencapaian pada ruang publik menjadi elemen yang penting. Perhatian lebih kepada pejalan kaki, mengakomodasi sirkulasi kendaraan dalam porsi yang wajar.
7. The Inner Square and Outter Square
Perancangan ruang publik kota juga harus memperhatikan karakter dan perubahan yang terjadi pada kawasan yang melingkupinya. Integrasi yang terpadu antara ruang publik dengan kawasan yang mengitarinya turut berperan dalam mebentuk transformasi yang baik bagi ruang publik dan kawasan itu sendiri.
8. Menjangkau keluar
Ruang publik berada dalam satu jaringa ruang kawasan dan kota secara keseluruhan, sehingga keberadaanya haruslah mampu memberikan aspek positif dan menjadi katalisator perubahan yang baik bagi kawasan sekitar khususnya dan kota umumnya.
9. Pengelolaan yang baik
Sebaik apapun desain dari ruang publik, tanpa dikelola dan diprogram secara baik maka ruang publik tidak akan mampu bertahan dan berkembang denan baik. Pemahaman mengenai karakter Institusi, Agency, dan actors yang terlibat pada ruang publik menentukan bagaimana proses pengelolaannya dapat berjalan baik.
10. Sumber Pendanaan
Ruang-ruang publik kota pada dasarnya dapat dimanfaatkan menjadi sumber dana bagi pemerintahan dan kota dengan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemakaian ruang publik kota dalam skala proporsi yang menguntungkan semua pihak tentunya.

Beberapa contoh penerapan desain arsitektural sebagai katalis perubahan pada ruang publik antara lain :
1. Discovery Green, Houston,Texas

Proyek ini mentransformasi 12 hektar taman kota yang terbengkalai dan taman parkir di tengah kota menjadi suatu oase kota.


Discovery Green, Houston, Texas

2. Čufar Square, Jesenice, Slovenia
Perubahan desain pada ruang publik ini dan dengan program kegiatan yang terencana menjadikannya lebih hidup, serta menjadi destinasi wisata kota.


Čufar Square, Jesenice, Slovenia

Kesimpulan

Kebutuhan akan ruang publik kota sejalan dengan kebutuhan manusia akan ruang untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Konsep mengenai ruang publik banyak didefinisikan melalui pendekatan bentuk dan ruang secara fisik. Ruang publik didefinisikan sebagai tempat yang aksesibel dan terbuka secara umum dimana masyarakat baik secara individu maupun kelompok dapat melakukan aktivitas di tempat tersebut. Dalam wujud apapun, ruang publik memiliki unsur-unsur yang sama.

Dalam prosesnya,banyak ruang publik yang tercipta pada akhirnya gagal mewujudkan fungsinya dalam mewadahi keinginan dan kebutuhan masyarakat, sehingga akhirnya terbengkalai. Proses ini dipengaruhi oleh beragam faktor transformasi yang kemudian membentuk ruang publik pada wujudnya.

Konsepsi Design Catalyst ditawarkan sebagai solusi untuk mewujudkan transformasi pada ruang publik. Kekuatan desain menjadi katalisator perubahan fungsi dan kegiatan-kegiatan pada ruang publik ke arah yang lebih baik. Design Catalyst sendiri adalah perwujudan dari nilai-nilai transformasi, dimana dalam ranah ruang publik, katalis dapat berupa penambahan elemen ataupun fungsi untuk membentuk konteks kegiatan dan menciptakan karakter visual-non visual pada ruang publik.

Pada akhirnya, proses transformasi ruang publik serta perwujudannya tidak akan bisa terlaksana dengan baik tanpa adanya keseriusan dan kesamaan visi akan pentingnya ruang publik bagi masyarakat dari pihak-pihak yang terlibat.

} Ditulis oleh M.Shubhiyuda Wibawa



Thursday, January 28, 2010

Contemplating The Beauty of Nature

A Journey to Kampung Naga and Sampireun, West Java

Alam menjadi bagian tak terpisahkan dalam rentang sejarah panjang kehidupan manusia di dunia. Sebagai sumber kehidupan, alam menjadi saksi bagaimana manusia bertransformasi dalam setiap sendi kehidupannya. Manusia sangat bergantung pada alam, dari zaman batu hingga dalam era modern sekarang. Arsitektur sebagai bagian dari kehidupan manusia dalam berbudaya juga memiliki kedekatan dengan alam. Dimulai dari memanfaatkan ceruk goa sebagai tempat berteduh, hingga mampu menciptakan beragam bentuk gubahan masa fungsional untuk kehidupan manusia itu sendiri seperti sekarang. Kepedulian akan sinergi dengan alam juga yang sekarang banyak diperjuangkan untuk menghadirkan konsep arsitektur yang ramah lingkungan, mulai dari Green Architecture hingga Sustainable Design. Apapun konsepsi tersebut, tujuannya adalah satu, yaitu menghadirkan sinergi antara perancangan arsitektur terbangun dengan alam sebagai satu kesatuan yang harmoni.

Berangkat dari hal tersebut, maka dalam MK Perancangan Dalam Konteks Transformasi, dilakukan field trip sebagai proses pembelajaran untuk melihat dan mempelajari secara langsung bagaimana arsitektur bisa bersinergi dengan alam. Daerah yang dituju adalah Kampung Naga, dan Kampung Sampireun yang terletak di kabupaten Garut, Jawa Barat.

Perjalanan menuju Kampung Naga ditempuh melalu jalur darat dan terletak diantara jalur Bandung – Tasikmalaya melalui kota Garut. Obyek pertama yang didatangi adalah Kampung Sampireun, mengingat lokasinya yang lebih dekat dari Bandung. Selain Kampung Sampireun, kelompok studi juga mengunjungi obyek lain yang berada tidak jauh dari Kampung Sampireun, yaitu “Mulih Ka Desa”.

Destinasi ke 1 – Kampung Sampireun


Kampung Sampireun merupakan sebuah kawasan wisata resort dan spa yang menawarkan konsep alam sebagai daya tariknya. Bangunan-bangunan villa dirancang dengan bentuk arsitektur tradisional Sunda dengan memanfaatkan material alam seperti bambu, kayu dan batu alam sebagai struktur bangunannya. Adanya danau buatan menambah daya tarik kawasan, sehingga menciptakan atmosfir yang menenangkan hati. Vilia-villa dirancang mengelilingi danau, dimana danau juga dapat dipergunakan sebagai arena kegiatan dengan adanya sampan disetiap villa. Selain villa, fasilitas yang ditawarkan di kampung Sampireun ini antara lain restaurant, spa, ruang pertemuan dan lain sebagainya yang bisa disewa untuk umum tanpa harus menginap di Vila kawasan Sampireun tersebut.


Konsep alam yang ditawarkan Kampung Sampireun ini dirasa sangat tepat mengingat potensi alam di kabupaten Garut sangat baik. Sinergi antara bentuk Arsitektur terbangun dengan kekuatan alam menjadi sebuah harmoni yang menjadikan kawasan Kampung Sampireun bisa diunggulkan sebagai salah satu destinasi terbaik di Indonesia.

Destinasi ke 2 – Mulih Ka Desa


Mulih Ka Desa terletak tidak jauh dari Kampung Sampireun. Dari arah jalan utama Kota Garut, maka Mulih Ka Desa dicapai terlebih dahulu sebelum kampung Sampireun. Mulih Ka Desa merupakan restaurant yang menawarkan konsep alam sebagai daya tarik utamanya, sama seperti Kampung Sampireun. Sesuai namanya, restauran dirancang dengan memanfaatkan suasana pedesaan berupa saung-saung yang dikelilingi persawahan, lengkap dengan kerbau, sistem pengairan dan boneka-boneka sawah sebagai elemen penunjang untuk menciptakan suasana desa. Selain restaurant, Mulih Ka desa juga menawarkan tempat menginap berupa pondok-pondok yang terletak tidak jauh dari area sawah. Ada juga area Outbond serta tempat bermain bagi anak-anak sebagai daya tarik wisatawan.


Konsep yang ditawarkan konsisten sampai ke penataan makanan, dengan menggunakan peralatan-peralatan makan yang biasa dipakai di desa. Konsistensi ini cukup menarik, terutama bagi wisatawan yang berasal dari kota-kota besar, ataupun bagi mereka yang ingin bernostalgia dengan kehidupan di desa.

Keberadaan destinasi wisata dengan konsep alam seperti Kampung Sampireun dan Mulih Ka Desa bisa dikatakan sebagai akulutrasi budaya yang terjadi di Kota Garut. Kebutuhan akan tempat kontemplatif dan relaksasi bagi masyarakat kota sebagai bentuk pergeseran budaya masyarakat kota yang sibuk diwadahi dengan adanya destinasi wisata tersebut yang tetap mempertahankan kekuatan dan potensi lokal, seperti alam dan budaya masyarakat desa memberikan nilai tambah tidak hanya bagi warga masyarakat namun juga bagi pemerintah kota.


Destinasi ke 3 – Kampung Naga


Perjalanan ke Kampung Naga berjarak sekitar 24 km dari kota Garut dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Jalur yang dilalui melewati bukit-bukit dan jalur yang berkelok-kelok. Namun jalur yang ada terbilang cukup lenggang karena kota Tasikmalaya sebagai destinasi akhir dapat dicapai melalui dua arah.

Gerbang Kampung Naga tidak terlihat secara langsung dari jalan utama kabupaten Garut. Hal ini dikarenakan posisi Kampung Naga yang berada lebih rendah dari jalan utama, sehingga cukup sulit dilihat, namun dapat dengan jelas dilihat dari pengunjung yang berasal dari kota Tasikmalaya.

Pemerintah daerah Jawa Barat memang mempersiapkan daerah Kampung Naga tersebut sebagai salah satu destinasi wisata, dengan menyediakan gerbang yang cukup representative, jalur aspal yang terus diperbaharui, dengan menempatkan simbol kujang sebagai karakteristik dari budaya sunda, serta jalur setapak yang telah dipersiapkan dengan rapih, disertai pula dengan adanya pemandu yang dipersiapkan untuk menjelaskan mengenai sejarah adat istiadat dan budaya yang ada di Kampung Naga tersebut yang sangat memudahkan wisatawan menikmati suasana dan mengerti keseluruhan bagian dari Kampung Naga.


Kampung Naga sendiri terletak di lembah, dimana untuk mencapainya harus melalui 438 anak tangga. Ketika sampai di bawah, kita akan disambut oleh sebuah perkampungan yang masih asri, melalui sebuah jalan setapak yang di bagian kiri dan kanannya terdapat sawah. Diujung jalan kita akan menemukan sebuah perkampungan yang didalamnya terdapat 109 kepala keluarga, yang terdiri dari 314 orang. Di Kampung Naga ini, terdapat 112 bangunan, dengan luas ± 1,5 Ha. Pada sisi Timur dan Barat Kampung Naga, terdapat hutan larangan, disebut hutan larangan, karena pepohonan yang ada di hutan tersebut tidak boleh ditebang bahkan penduduk Kampung Naga sendiri jarang menghampirinya, pada dasarnya hal ini dikarenakan hutan larangan tersebut merupakan hutan yang melindungi dan menjaga kawasan Kampung Naga dari bencana alam pada umumnya, seperti gempa, tanah longsor, dan banjir.

Hirarki pemerintahan di Kampung Naga secara formal masih sesuai pola kepimpinan milik pemerintah, namun secara mikro Kampung Naga memiliki hirarki kepemimpinan sendiri, yaitu hirarki kepemimpinan nonformal. Hirarki tersebut dipimpin oleh seorang Kuncen (pemangku adat), kemudian Lebe yang bertugas memandikan jenazah, Kunduh yang bertugas untuk mengayomi masyarakat. Sistem pemilihan pemimpin di Kampung Naga, dipilih berdasarkan garis keturunan, maka apabila Kuncen yang memimpin meninggal dunia maka yang berhak mengagantikannya adalah anak laki-laki ataupun masih dalam satu garis keturunan si Kuncen.

Bangunan yang dibangun di Kampung Naga, berorientasi ke Timur dan Barat, sedangkan pintu rumah menghadap ke sisi Utara dan Selatan, dimana tiap pintu rumah dibuat saling berhadap-hadapan. Rumah ini dibuat saling berhadapan dengan alasan faktor keamanan, dengan posisi yang saling berhadapan itu memudahkan tiap warga untuk saling mengawasi rumah yang berada di depan rumahnya, dan memudahkan bagi yang bertugas menjaga pada malam hari. Dinding bangunan terbuat dari anyaman bambu, dan bahan penutup atapnya terbuat dari pohon aren, hal ini membuat suhu di dalam ruangan akan terasa dingin saat suhu diluar sedang panas, dan akan terasa hangat disaat hujan.

Bangunan pertama yang kita temui setelah melewati sawah, adalah sebuah bangunan yang disebut Saung Lisung, bangunan ini berfungsi untuk pemprosesan padi. Di Kampung Naga ini terdapat sebuah bangunan yang disebut bangunan Keramat, bangunan keramat ini dikelilingi oleh pagar bambu yang disusun bersilang-silang. Ada juga sebuah bangunan yang disebut Tempat Bumi Agung, bangunan ini berfungsi sebagai tempat ritual adat yang digunakan enam kali dalam setahun.

Di Kampung Naga, kealamian masih dijaga, salah satu cara mereka menjaganya adalah dengan tidak menggunakan listrik. Tidak digunakannya listrik disebabkan keinginan untuk mempertahankan kealamian, kesederhanaan, untuk menghindari kebakaran, dan menghindari kesenjangan sosial. Tapi hal-hal yang berkaitan dengan barang-barang elektronik, seperti halnya tv, tidak diharamkan.

Di Kampung Naga terdapat sebuah mata air, yang tidak pernah kering, mata air ini tidak terpengaruh oleh musim. Mata air ini digunakan penduduk di Kampung Naga untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya.

Aturan-aturan yang diterapkan oleh penduduk di Kampung Naga adalah semata-mata untuk menjaga harmonisasi keberadaan manusia dengan segala aktivitasnya dan alam yang menjadi sumber kehidupan mereka. Banyaknya bencana alam yang terjadi sebagai imbas pemanasan global merupakan dampak dari perilaku rakus manusia untuk terus mengeruk kekayaan alam tanpa memikirkan bagaimana keberlanjutannya. Kampung Naga, Kampung Sampireun serta Mulih ka Desa mungkin hanya merupakan contoh kecil bagaimana seharusnya kita sebagai manusia memperlakukan alam. Modernitas tidak berarti merusak dan menghancurkan ekosistem serta keseimbangan alam, namun justru seharusnya mampu untuk berkembang seiring dan sejalan. Manusia dan alam saling membutuhkan, simbiosis yang seharusnya terjadi adalah mutualisme, yang menguntungkan bagi semuanya. Seperti pepatah lama yang mengatakan “The world is big enough for everyone's needs, but never enough for anyone's greed”.

Catatan:
Perjalanan dilakukan pada hari Kamis, 3 Desember 2009 dari kota Bandung, Jawa Barat.


Saturday, December 5, 2009

Pengumuman Penting

Teman-teman se-bangsa se-tanah air, se-angkatan dan se-troove, jangan lupa.. bayarlah iuran untuk study tur kita ke singapur... kan bulan ini banyak traktiran, otomatis uang kalian jadi utuh kan? ya kan ya kan???? nah.. bayarlah ke bendahara secepatnya.. trims.. -Bendahara yang manis nan rupawan-

Monday, November 30, 2009

re inventing .bdg

re inventing..
tema yg dibawa oleh teman teman kita di baffest, sebagai salah satu bagian dari hellarfest 2009, yg merupakan event tahunan (semoga aja)...
Menarik sekali, usaha dan kontribusi teman-teman untuk membawa perubahan .bdg ke arah yg lebih ideal.
Seperti quote dari Pak Apep ketika menutup acara reinventing  di Labo, minggu malam yang dihadiri juga oleh Pak Baskoro Tedjo, bahwa
"sangat sedikit kota di Indonesia yang mempunyai warga-warga yang concern sama perkembangan dan pertumbuhan kotanya sendiri, Bandung salah satunya, termasuk teman-teman dari seperti UPH yang ikut menyumbangkan ide-idenya untuk kota Bandung tercinta ini. Diharapkan ketika roadshow dari re inventing .bdg ini selesai, bisa dihadiri para stakholder kota sebagai aspirasi dari warga yang menginginkan .bdg lebih baik dan lebih ideal."
Utopis....
Itu kesan pertama kami ketika melihat secara sekilas, dilihat dari luar konteks re-inventing’ nya, tapi totally :
Sangat segar, lincah dan bisa dikatakan cukup breaktrough pemikiran teman-teman kami dari unpar, itb, itenas, upi, dll.
Dari membentuk waterfront cikapundung, redisain kawasan alun alun hingga pengolahan sampah kota…
SALUT!
Walaupun agak diluar konteks dari tema reinventing mereka, kami dari program magister itb 08, berpartisipasi untuk sharing dengan teman teman lain di Bandung, dari mulai acara workshop di gedung merdeka, yang mempresentasikan analisa kawasan Braga sebagai salah satu kawasan terpenting di Bandung, hingga presentasi analisa kawasan stasiun sebagai TOD di Labo, Dago Utara.
Semoga ide ide segar dari teman teman baffest bisa keluar dari kotak komunitas warga kreatif dan dapat direspon dengan baik oleh keseruhan warga kota (termasuk yg di balaikota) sebagai individu yang mencintai kota Bandung.

Sunday, November 29, 2009




ganesha troops

welcome

"urinoir08" the official blog of ganesha's arhitectural master ITB of 08. spelled urinoir intended to accomodate the works and activity of ganesha08. hoping to be a good start to develop the suitable skills to be a good architec. viva 08

ACHTUNG !!!!!

Okelah kalo bijigituh…

Hami haturkan hasa herimakasih hatas hesudiannya huntuk henyempatkan haktunya hembaca hampah hampah hapa haja hang hada hi hikiran hami, haik hang hositibh han hegatiph hingga hang hidak henonoh, hebelumnya hami hinta hapunten hohon haklumi harena hami hanya hanusia hiasa hang herupaya heksis hi hunia hang hua ini (hatanya hih humurnya huma hamper 2012)...HALAH!!!

Hekian hampah hampah hingkat hami hampaikan hecara henyeluruh herdasarkan hanalisa hawasan, hegibility, hobustness, hembentukan handmark,hanalisa hinstitusional, hetode hormal approach, 2 hig idea hingga helphi hethod…

Haaf, hulisan han herkataan hini hukan hermaksud henyaingin hara henulisan hara hALAY hang hagi hits hi hekade hini (2009..higa haun henjelang 2012)… HALAH!!!

Permisi, bukan bermaksud untuk men-suku dan meng-klan kan ankatan, dgn mencantumkan 08 (apalah artinya sebuah nama..eits, penting itu!!hahah)…tapi hanya menyalurkan asam lambung kami yang suka naik tiba tiba. Smoga hal ini bisa tetep menyambungkan tali silaturahmi kita dan teman teman lainnya, berkenaan dengan pemikiran pemikiran sampah kami, ketika dan sesudah menuntaskan hajat kami di kampus ganeca tercinta ini…

Ga ada batasan mau ngapain aja disini

Ga ada pengkotakan disini siapa yang cakep siapa yang terhinakan

Ga ada yang ditindas disini (kalo yg ngerasa teraniaya, tolong doakan kami, kami sangat butuh doa dari orang teraniaya)

Ga ada yang dibolehkan sakit hati disini (dimasukin ke hati boleh,tapi jangan sampai dendam kaya di kill bill ya)

Ga ada pemaksaaan disini, apalagi sampai memaksakan kehendak, hati dan kasih sayang…

Ga ada yang cuman baca aja disini (partisipasi dong!<

Selamat berkarya temans…

AMIN.